Ambivalensi Internet dalam Konteks Media Massa

4.23.2009

Perkembangan media massa dewasa ini khususnya internet semakin semarak di tahun ke sembilan milenium baru ini. Surat elektronik menjadi sebuah hal yang dianggap lazim. Padahal, sepuluh tahun lalu, korespondensi lewat surat masih masih mengungguli surat elektronik. Komunikasi sekarang tidak melulu tatap muka, tapi bisa lewat jaringan dunia maya seperti situs yahoo mesanger aau facebook.


Perkembagan media online juga telah mengancam dunia surat kabar cetak. Audit Bureau of Circulations (ABC) mengatakan oplah untuk 507 harian di AS jatuh 4,64 persen dalam periode tersebut menjadi 38,16 juta eksemplar dari 40,02 juta pada periode yang sama tahun lalu. Oplah Minggu untuk 571 harian jatuh 4,85 persen selama periode itu menjadi 43,63 juta dari 45,85 juta pada periode yang sama tahun lalu, menurut angka yang diajukan ke ABC oleh penerbit dan menjadi subyek audit.


The New York Times, The Washington Post, dan Los Angeles Times termasuk di antara surat kabar utama AS yang sirkulasiya menurun, sementara US Today dan The Wall Street Journal Yorkshire melawan tren itu dan mencatat kenaikan marginal dalam jumlah pembaca. Surat kabar AS telah berusaha keras dalam beberapa tahun terakhir melawan penurunan terus-menerus dan kehilangan jumlah pembaca dan iklan yang direbut media online. www.tempointeraktif.com/hg/amerika/2008/10/28/brk,20081028-142485,id.html

Invasi media online lewat jaringan internet memang menimbulkan pertanyaan, seberapa massif dia bisa meraih perhatian khalayak dan apakah internet memang bisa disebut media massa dalam perspektif keilmuan khususnya komunikasi massa.


Komunikasi massa sendiri memiliki banyak definisi. Gerbner mendefinisikan komunikasi massa sebagai produksi dan distribusi yang berlandaskan teknolngi dan lembaga dari arus pesan yang kontinu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Mass communication is the technologically an institutionally based priduction and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societes. (Rakhmat, 2003:188)


Adapun Joseph R Dominick mendefiniskan Komunikasi massa adalah suatu proses dimana suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar.


Dari dua pengertian di atas komunikasi massa harus berlangsung melalui sebuah media massa. Media massa di sini bisa diartikan sebagai median yang memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak sebagaimana halnya yang tertera dalam definisi Dominick.


Kami berpendapat, untuk mengukur suatu hal, dibutuhkan parameter atau alat ukur. Dalam konteks internet sebagai media massa, kami memakai parameter karakteristik komunikasi massa. Jadi karakteristik-karakteristik inilah yang menjadi ukuran apakah internet tergolong media massa atau bukan.


Dalam buku Komunikasi Massa karya Elvinaro Ardianto dkk, setidaknya ada 8 karakteristik komunikasi massa, yakni Komunikasi yang Terlembagakan, Pesannya Bersifat Umum, Komunikannya Antonim dan Heterogen, Media Massa Menimbulkan Keserempakan, Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan, Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah, dan Stimulasi Alat Indra Terbatas.

Pertama adalah Komunikasi Terlembagakan. Artinya ciri komunikasi massa adalah komunikatornya dan Wright menyatakan bahwa komunikasi massa melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Sedangkan dalam internet, banyak pesan yang disampaikan kepada khalayak namun tidak secara terlembagakan. Contohnya blog pribadi yang tidak terlembagakan, namun ada juga yang terlembagakan seperti Liputan 6.


Kedua, ,, adalah karakteristik komunikasi massa yang menyatakan bahwa pesannya bersifat umum. Komunikasi massa bersifat terbuka, ditujukan kepada semua orang singkatnya, bersifat umum. Internet bisa bersifat umum ataupun tertutup. Media online sudah jelas bersifat umum karena semua pengguna internet bisa mengaksesnya dan memenuhi karakteristik media massa. Akan tetapi, di luar media online, meski pengakses internet mendapatkan informasi dari web-web, tetap saja web-web tersebut tidak dapat disebut sebagai media massa karena tidak memenuhi karakteristik lainnya. Selain itu juga ada ¬e-mail, yang tidak dapat diakses oleh umum, hanya oleh orang-orang yang memiliki ID dan password dari e-mail tersebut, padahal informasi tersebar di dalamnya.


Ketiga, komunikannya anonim dan heterogen. Dalam komunikasi massa, kita tidak pernah tahu bagaimana dan siapa yang menjadi audiens pesan kita. Karena kita tidak bertatap muka dan menggunakan media, komunikasi massa bersifat anonim dan juga karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dan bersifat heterogen. Sama halnya dengan internet, kita mengakses sebuah situs informasi, dan mungkin orang yang lebih muda atau lebih tua, yang berbeda status sosialnya dengan kita mengakses dalam waktu bersamaan. Dan penulis tidak akan tahu siapa yang akan mengaksesnya karena ketidakterbatasan audiens selama audiens memiliki akses ke internet. Namun bagi beberapa situs memang tersegmentasi ke dalam beberapa lapisan sosial, hanya saja bagi pengakses yang ingin membuka situsnya dapat dihitung sebagai pengakses di luar segmentasi.


Keempat, , media massa menimbulkan keserempakan. Effendy (1981) mengatrikan keserempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. Itu mendukung posisi internet sebagai media massa karena karakteristik yang sama dengan internet. Dengan kata lain, situs internet dapat diakses secara real time oleh beberapa orang secara bersamaan dan orang-orang tersebut mendapatkan informasi yang sama. Namun, jika tidak sesuai dengan karakteristik lainnya belum menguatkan pernyataan bahwa internet adalah media massa.


Kelima, , Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan. Deddy Mulyana dalam buku Komunikasi Suatu Pengantar, menyebutkan, salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunkasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Lebih lanjut Deddy Mulyana menyebutkan, dalam konteks komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, merujuk kepada unsur-unsur lain termsuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut.


Karakteristik ini dalam aplikasinya terbelah menjadi dua pendekatan. Pertama, berdasarkan karakterisrik ini, internet bisa tergolong media massa. Pendekatan kedua adalah anti tesis dari pendekatan pertama.
Pendekatan pertama bisa kita lihat jika konteksnya media online seperti Liputan 6.com, kompas.com. Pendekatan kedua bisa dilihat jika konteksnya situs jaringan sosial seperti Facebook, My Space, Friendster, dan lain-lain.


Media online seperti liputan 6.com dan Kompas.com jelas menerapkan prinsip jurnalisme secara umum yang mana pesan yang disampaikan bersifat umum. Memang dalam situs media online terdapat ruang bagi pengakses untuk memberikan komentar terhadap isi berita, namun dalam situs semacam liputan 6 lebih menekankan isi pesan yag disampaikan komunikator (admin situs liputan 6.com) ketimbang hubungannya dengan komunikan.

Dalam perkembangannya, memang tidak bisa dihindari adanya hubungan yang terbangun dari penyediaan ruang komentar, tapi tetap dimensi yang ditekankan adalah dimensi isi pesan, bukan hubungan.


Hal di atas berkebalikan jika konteksnya adalah situs jejaring sosial semacam facebook. Situs semacam facebook, dilihat dari tagline facebook sendiri, helps you connect and share with the people in your life . Tag line tersebut jelas menggambarkan tujuan dari aksesibilitas terhadap situs tersebut, yakni membangun hubungan sosial.


Keenam, , stimulasi Alat Indra Terbatas. Karakteristik komunikasi massa yang satu ini membuat media massa tidak mampu menggabungkan seluruh stimulasi alat indra dalam mengakses informasinya. Orang yang menerima pesan tidak secara keseluruhan menerima pesan

Ketujuh, , komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Karakteristik ini adalah salah satu kelemahan komunikasi massa. Karena komunikasinya dilakukan melalalui media massa, komunikator dan komunikan tidak bisa melakukan kontak langsung. Keduanya tidak isa melakukan dialog sebagaimana terjadi dalam komunikasi antar persona. (Ardianto, 2007; 10)

Pernyataan di atas bisa dipatahkan lewat kehadiran internet. Situs percakapaan via dunia maya seperti yahoo messenger google talks, dan facebook, bisa mengakomodir dialog antara komunikator dan komunikan.


Ketujuh, karakteristik terakhir, umpan balik tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (indirect). Komunikasi massa membatasi komunikan untuk memberikan feedback secara langsung kepada komunikator. Contohnya, seorang pembaca surat kabar, jika ingin menyampaikan kritik atau saran terhadap pemberitaan surat kabar, paling cepat feedback pembaca tersebut dimuat sehari setelah surat kabar itu terbit. Sialnya, tidak semua feedback pembaca akan dimuat di surat kabar tersebut.


Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan media online. Seorang pengakes situs kompas.com atau liputan 6.com, langsung bisa memberikan komentar terhadap isi berita yang mereka (kompas.com atau liputan 6.com) tampilkan. Komentar dari satu pengakses pun bisa langsung dikomentari oleh pengakses lain.

Kesimpulan

Berdasarkan karakteristik komunikasi massa, internet tidak bisa sepenuhnya digolongkan sebagai media massa. Pasalnya, ada beberapa penggunaan internet yang sesuai dengan karakteristik komunikasi massa dan ada juga yang tidak. Jadi kami melihatnya berdasarkan konteks yang disesuaikan dengan karakteristik komunikasi massa tersebut. Dengan kata lain, internet bersifat ambivalen jika dikaitkan dengan pertanyaan, apakah internet tergolong media massa.

Sumber

Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah.2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Edisi Revisi). Bandung.Simbiosa

Mulyana, Deddy. 2006. Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. Rosda Karya

www.tempointeraktif.com/hg/amerika/2008/10/28/brk,20081028-142485,id.html

0 Comments: