6.03.2009
Menjelang bubaran musim perdana kompetisi Liga Super Indonesia (LSI), Persib Bandung luntang-lantung mencari dana pinjaman guna membiayai ongkos kompetisi. Tentang kekurangan dana sebesar Rp 4 miliar seperti dikatakan Pak Wali Kota (Dada Rosada, red) memang benar. Berdasarkan laporan terakhir manajemen tim, kita masih membutuhkan dana sebesar itu," kata Asisten Manajer Persib, H. Umuh Muhtar ketika dikonfirmasi wartawan, termasuk wartawan "GM", Endan Suhendra dan Anwari Januar M. di Graha Residen Surabaya, Selasa (2/6).(Galamedia, 3/6).
Memang, permasalahan serupa tidak hanya dialami Persib sendiri. PSIS Semarang bahkan sudah dibabarkan oleh para pengurusnya sejak 5 Mei silam. Beberapa klub lain termasuk PSMS Medan, PSM Makassar juga mengalami ‘sesak napas’ dalam menjalani kasta sepakbola tertinggi d di tanah air ini. Lantas, apa sebenarnya yang menjadi pangkal persoalan yang dihadapi Persib dan klub-klub peserta LSI lainnya? Apakah klub, termasuk Persib belum siap untuk mandiri? Atau LSI kelewat mahal bagi klub-klub tanah air yang mayoritas masih disubsidi APBD.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, Jurnal Persib Online mengirim Rivki Maulana guna mewawancarai salah satu pendiri PT. Persib Bandung Bermartabat (PBB), Yoyo S. Adiredja. Pemimpin Redaksi Harian Pikiran Rakyat Cum Ketua KONI Jawa Barat ini mengatakan pangkal permasalahannya ada di persepakbolaan nasional. “Persepakbolaan kita sedang sakit,” katanya saat ditemui di kantor KONI Jabar, Jalan Padjadjaran, 27/5.
Berikut petikan wawancara:
Musim depan sepertinya Persib sudah tidak bisa lagi mendapatkan dana APBD. Lagkah apa yang sudah dipersiapkan PT. Persib Bandung Bermartabat (PBB) untuk membiayai Persib di kompetisi musim berikutnya?
Kami menunggu badan hukum ini (PT. PBB – red ) disahkan oleh Departemen Kehakiman. Jadi ketika sudah disahkan, Persib tidak bisa lagi mendapatkan dana APBD. Sampai saat ini, PT .PBB belum mendapatkan pengesahan.
Ketika nantinya disahkan, Persib tentunya harus lepas dari pemerintah terlebih banyak juga resistensi dari DPRD Kota Bandung mengenai anggaran Persib ini. Bagaimana PT. PBB mensiasati hal tersebut?
Begini, kita berbicara persoalan besar, persoalan nasional. Dalam kondisi sekarang,dikatakan sulit ketika ada perusahaan harus menghasilkan laba 2 miliar per bulan untuk membiayai kompetisi. Secara logika ini kan tidak mudah.
Ini bukan persoalan PT tidak bisa dapat uang, tapi soal sepakbola nasional. Tidak sekedar Persib tidak bisa dapat dana. Kita harus berpikir secara makro dan ukuran makro itu adalah sepakbola Indonesia. Semua tim juga susah dapat dana, jadi tidak hanya Persib.
Terlebih, PBB. ini kan PT baru, 'gak mungkin juga minta proyek sana sini. Jadi jangan dulu masuk ke situ (soal Persib tidak punya dana – red ) tapi bagaimana cara memperbaiki pola pembinaan persepakbolaan nasional secara organisasi supaya tidak menyulitkan pemilik klub.
Banyak faktor penyebab mengapa kompetisi begitu mahal (rata-rata 25 miliar per tahun – red ). Salah satunya ya gaji pemain sangat tinggi dan pemain asing yang harus dibayar mahal. Sekitar 50-60 % pengeluaran klub itu untuk gaji pemain.
Pemain kita itu juga harus disetarakan dengan kesetaraan kemasyarakatan. Sekarang rata-rata gaji pemain lokal Rp. 600 – 700 juta per tahun atau Rp. 50 juta per bulan. Lantas dengan gaji sebesar itu prestasinya semacam apa? kita di SEA GAMES juara tiga pun tidak!
Apakah PSSI sendiri terkadang menyulitkan klub dengan perangkat aturan yang ia buat?
Ya. Secara teknis kan PSSI merujuk ke AFC. Tapi ada juga aturan organisasi untuk mengelola kompetisi yang sangat memberatkan. Misalnya, kuota pemain asing lima pemain. Padahal kalau jumlah pemain asing itu hanya dua atau tiga, justru meringankan beban klub karena pemain asing banderolnya mahal. Lihat Malaysia, pemain asing sudah dilarang di sana.
Bagaimana soal jadwal pertandingan? Sepertinya jadwal kompetisi disusun terlalu padat. Selain itu terkendalanya izin pertandingan yang lantas membuat PSSI memindahkan pertandingan kandang sebuah klub di luar homebase-nya malah membuat kru kehilangan penghasilan.
Pola penjadwalan yang berubah-ubah ini sangat mengganggu klub dari sisi penghasilan meskipun secara keseluruhan kontribusi dari tiket itu belum signifikan.
Potensi Persib untuk mendapatkan sponsor ini lumayan besar, tapi kok sampai saat ini Persib belum berhasil menggaet sponsor?
Jangan fokus ke Persib saja, klub lain pun mengalami hal serupa. Lihat lagi kompetisi secara menyeluruh, kalau penontonnya saja masih anarkis, mana ada yang mau jadi sponsor. Jadi ada kultur sepakbola yang harus dibenahi bukan hanya Persib.
Sebenarnya ketika olahraga hendak menjadi industri, pintu utamanya itu ada di sepakbola karena potensi penontonya banyak. Tapi tetap harus dikelola dengan baik. Kalau wasitnya saja tidak qualified, kan jadi ribut.
Jadi sebenarnya Persib itu adalah Imbas dari buruknnya pengelolaan persepakbolaan nasional? Dan “korbannya” tidak hanya Persib.
Betul. Itu juga lah yang menyebabkan PSIS bubar, PSMS jerit-jerit “kita mau bubar”. Tidak mungkin kita bisa maju kalau manajemennya saja ancur-ancuran.
Kalau mau swasta, kita harus punya perencanaan yang matang, kondisinya harus kondusif, jalinan kerjasama sama dengan pihak swasta lainnya juga bagus, dan itu berbarengan dengan prestasi klubnya.
Jadi memang pangkal permasalahannya itu ada di PSSI?
Persebakbolaan nasional sedang sakit.
Sejauh ini PT PBB sudah membuat semacam Blue Print?
Oh sudah, itu ada di Pak Iwan (presiden komisaris). Beberapa di antaranya dalah menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah, sebagai mitra dalam pembangunan daerah ; optimalisasi tiket ; pembuatan merchandise .
Soal merchandise, PBB tidak takut dibajak?
Persib itu milik masyarakat, bukan milik PT, bukan milik sekelompok orang, bukan milik sekelompok bobotoh. Orang – orang hidup di sini (Persib –red ). Lihat deh di stadion, banyak kan yang dagang aksesoris Persib, dan mereka itu paling produksi dalam skala kecil, kalau kita patenkan, bagaimana nasib mereka? Itulah mengapa Persib itu bukan semata sepakbola.
Jadi butuh waktu agar hak cipta ini tidak juga merugikan mayarakat kecil?
Ya butuh waktu, sangat tergantung pada kondisi sosial ekonomi kita secara menyeluruh.
Bisa dimaklumi hak paten Persib dibajak?
Masih dimaklumi karena banyak masyarakat yang hidup karena keberadaan Persib
Apa yang harus dilakukan PSSI untuk membenahi persepakbolaan nasional?
Pertama mengubah pola kompetisi ; beberapa rule termasuk penggunaan pemain asing. Pemain asing ini bukan pada banyak atau tidaknya, tapi apakah ia bisa meningkatkan permainan sepakbola Indonesia atau tidak. Sampai sejauh ini kan belum ada evaluasi yang signifikan yang dilakukan PSSI terhadap kinerja pemain asing setiap tahun. Standarisasi pemain asing juga harus diklasifikasi. Yang ada sekarang kan, pemain asing malah ikut-ikutan ribut dan tidak menunjukan sopan santun dalam bermain.
Kedua, Menekan gaji pemain, sistem kompetisi yang diperhemat, berbagi peluang untuk sponsorship. Hak siar televisi juga harus ditata ulang agar bisa memberikan kontribusi lebih kepada klub. Selama ini kontribusi dari hak siar televisi tidak signifikan.
Memang, permasalahan serupa tidak hanya dialami Persib sendiri. PSIS Semarang bahkan sudah dibabarkan oleh para pengurusnya sejak 5 Mei silam. Beberapa klub lain termasuk PSMS Medan, PSM Makassar juga mengalami ‘sesak napas’ dalam menjalani kasta sepakbola tertinggi d di tanah air ini. Lantas, apa sebenarnya yang menjadi pangkal persoalan yang dihadapi Persib dan klub-klub peserta LSI lainnya? Apakah klub, termasuk Persib belum siap untuk mandiri? Atau LSI kelewat mahal bagi klub-klub tanah air yang mayoritas masih disubsidi APBD.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, Jurnal Persib Online mengirim Rivki Maulana guna mewawancarai salah satu pendiri PT. Persib Bandung Bermartabat (PBB), Yoyo S. Adiredja. Pemimpin Redaksi Harian Pikiran Rakyat Cum Ketua KONI Jawa Barat ini mengatakan pangkal permasalahannya ada di persepakbolaan nasional. “Persepakbolaan kita sedang sakit,” katanya saat ditemui di kantor KONI Jabar, Jalan Padjadjaran, 27/5.
Berikut petikan wawancara:
Musim depan sepertinya Persib sudah tidak bisa lagi mendapatkan dana APBD. Lagkah apa yang sudah dipersiapkan PT. Persib Bandung Bermartabat (PBB) untuk membiayai Persib di kompetisi musim berikutnya?
Kami menunggu badan hukum ini (PT. PBB – red ) disahkan oleh Departemen Kehakiman. Jadi ketika sudah disahkan, Persib tidak bisa lagi mendapatkan dana APBD. Sampai saat ini, PT .PBB belum mendapatkan pengesahan.
Ketika nantinya disahkan, Persib tentunya harus lepas dari pemerintah terlebih banyak juga resistensi dari DPRD Kota Bandung mengenai anggaran Persib ini. Bagaimana PT. PBB mensiasati hal tersebut?
Begini, kita berbicara persoalan besar, persoalan nasional. Dalam kondisi sekarang,dikatakan sulit ketika ada perusahaan harus menghasilkan laba 2 miliar per bulan untuk membiayai kompetisi. Secara logika ini kan tidak mudah.
Ini bukan persoalan PT tidak bisa dapat uang, tapi soal sepakbola nasional. Tidak sekedar Persib tidak bisa dapat dana. Kita harus berpikir secara makro dan ukuran makro itu adalah sepakbola Indonesia. Semua tim juga susah dapat dana, jadi tidak hanya Persib.
Terlebih, PBB. ini kan PT baru, 'gak mungkin juga minta proyek sana sini. Jadi jangan dulu masuk ke situ (soal Persib tidak punya dana – red ) tapi bagaimana cara memperbaiki pola pembinaan persepakbolaan nasional secara organisasi supaya tidak menyulitkan pemilik klub.
Banyak faktor penyebab mengapa kompetisi begitu mahal (rata-rata 25 miliar per tahun – red ). Salah satunya ya gaji pemain sangat tinggi dan pemain asing yang harus dibayar mahal. Sekitar 50-60 % pengeluaran klub itu untuk gaji pemain.
Pemain kita itu juga harus disetarakan dengan kesetaraan kemasyarakatan. Sekarang rata-rata gaji pemain lokal Rp. 600 – 700 juta per tahun atau Rp. 50 juta per bulan. Lantas dengan gaji sebesar itu prestasinya semacam apa? kita di SEA GAMES juara tiga pun tidak!
Apakah PSSI sendiri terkadang menyulitkan klub dengan perangkat aturan yang ia buat?
Ya. Secara teknis kan PSSI merujuk ke AFC. Tapi ada juga aturan organisasi untuk mengelola kompetisi yang sangat memberatkan. Misalnya, kuota pemain asing lima pemain. Padahal kalau jumlah pemain asing itu hanya dua atau tiga, justru meringankan beban klub karena pemain asing banderolnya mahal. Lihat Malaysia, pemain asing sudah dilarang di sana.
Bagaimana soal jadwal pertandingan? Sepertinya jadwal kompetisi disusun terlalu padat. Selain itu terkendalanya izin pertandingan yang lantas membuat PSSI memindahkan pertandingan kandang sebuah klub di luar homebase-nya malah membuat kru kehilangan penghasilan.
Pola penjadwalan yang berubah-ubah ini sangat mengganggu klub dari sisi penghasilan meskipun secara keseluruhan kontribusi dari tiket itu belum signifikan.
Potensi Persib untuk mendapatkan sponsor ini lumayan besar, tapi kok sampai saat ini Persib belum berhasil menggaet sponsor?
Jangan fokus ke Persib saja, klub lain pun mengalami hal serupa. Lihat lagi kompetisi secara menyeluruh, kalau penontonnya saja masih anarkis, mana ada yang mau jadi sponsor. Jadi ada kultur sepakbola yang harus dibenahi bukan hanya Persib.
Sebenarnya ketika olahraga hendak menjadi industri, pintu utamanya itu ada di sepakbola karena potensi penontonya banyak. Tapi tetap harus dikelola dengan baik. Kalau wasitnya saja tidak qualified, kan jadi ribut.
Jadi sebenarnya Persib itu adalah Imbas dari buruknnya pengelolaan persepakbolaan nasional? Dan “korbannya” tidak hanya Persib.
Betul. Itu juga lah yang menyebabkan PSIS bubar, PSMS jerit-jerit “kita mau bubar”. Tidak mungkin kita bisa maju kalau manajemennya saja ancur-ancuran.
Kalau mau swasta, kita harus punya perencanaan yang matang, kondisinya harus kondusif, jalinan kerjasama sama dengan pihak swasta lainnya juga bagus, dan itu berbarengan dengan prestasi klubnya.
Jadi memang pangkal permasalahannya itu ada di PSSI?
Persebakbolaan nasional sedang sakit.
Sejauh ini PT PBB sudah membuat semacam Blue Print?
Oh sudah, itu ada di Pak Iwan (presiden komisaris). Beberapa di antaranya dalah menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah, sebagai mitra dalam pembangunan daerah ; optimalisasi tiket ; pembuatan merchandise .
Soal merchandise, PBB tidak takut dibajak?
Persib itu milik masyarakat, bukan milik PT, bukan milik sekelompok orang, bukan milik sekelompok bobotoh. Orang – orang hidup di sini (Persib –red ). Lihat deh di stadion, banyak kan yang dagang aksesoris Persib, dan mereka itu paling produksi dalam skala kecil, kalau kita patenkan, bagaimana nasib mereka? Itulah mengapa Persib itu bukan semata sepakbola.
Jadi butuh waktu agar hak cipta ini tidak juga merugikan mayarakat kecil?
Ya butuh waktu, sangat tergantung pada kondisi sosial ekonomi kita secara menyeluruh.
Bisa dimaklumi hak paten Persib dibajak?
Masih dimaklumi karena banyak masyarakat yang hidup karena keberadaan Persib
Apa yang harus dilakukan PSSI untuk membenahi persepakbolaan nasional?
Pertama mengubah pola kompetisi ; beberapa rule termasuk penggunaan pemain asing. Pemain asing ini bukan pada banyak atau tidaknya, tapi apakah ia bisa meningkatkan permainan sepakbola Indonesia atau tidak. Sampai sejauh ini kan belum ada evaluasi yang signifikan yang dilakukan PSSI terhadap kinerja pemain asing setiap tahun. Standarisasi pemain asing juga harus diklasifikasi. Yang ada sekarang kan, pemain asing malah ikut-ikutan ribut dan tidak menunjukan sopan santun dalam bermain.
Kedua, Menekan gaji pemain, sistem kompetisi yang diperhemat, berbagi peluang untuk sponsorship. Hak siar televisi juga harus ditata ulang agar bisa memberikan kontribusi lebih kepada klub. Selama ini kontribusi dari hak siar televisi tidak signifikan.
17 Comments:
jadi memang betul, biang keroknya ada di PSSI.
wow ini pendiri PT Persib yah?
wah wah wah ... hebat..
sakit mah udh dari dulu....
penyakit berkepanjangan udh kronis.....
Persebakbolaan Kita Sedang Sakit?
cepat sembuh yah :)
persepakbolaan kita memang sakit terus mah menurut gw.tapi ya gitu..skill kita yang jadi masalah nya..
PSSI yang ga bener ngurus kompetisi, jadi skill nya gitu-gitu aja..ga maju2..malahan menurun, yang maju cuman gigi temon..hehehe
biang penyakitnya adalah di pengurus PSSI, memang betul dari dulu persepak bolaan indonesia sakit, tapi kita lihat juga perkemabanganya....
Untuk tahun ini PSSI sudah merubahnya dan berusaha untuk sembuh, walaupun masih banyak PR untuk PSSI.
Semoga tahun depan lebih baik lagi terutama terhadap kualiatas WASIT....
salam olah raga...!!!
"Yang ada sekarang kan, pemain asing malah ikut-ikutan ribut dan tidak menunjukan sopan santun dalam bermain"
merujuk pada el loco gonzales..??
menekan biaya melalui gaji??
menurut saya itu penurunan kualitas...
harga olahraga ini tidak murah...
berani mengeluarkan uang demi kualitas adalah solusi...
bener kata rivki,,pemaksaan klub menjadi sebuah profesional adalah awal permasalahan..
gw stuju ma pemda...ngebiayain klub indonesia gak ada untungnya....
bikin malu daerah dengan ribut2nya...
Pangkal Masalah : PSSI....
narsumnya siapanya si rebit yah
:D :D :D (nyium bau gosong)
kapan yah Viking gak brutal ?? apakah itu budaya ?? kapan kita bisa nonton seperti di liga internasional ?? the JAK nu Aing !!!
agun ; narsum, ramana juragan rabbit, haha
kapan viking gak brutal? anda harus tanya juga ke Bonek, aremania, dan the jak sendiri,,juga kelompok suporter lainnya..anda jangan beranggaapan bahwa blog ini, punya afiliasi dengan kelompok suporter viking, tidak sama sekali..terima kasih atas komentar anda
wew persepakbolaan qt lagi sakit??
pantes aja cuma dikasi 1 gol ama klub luar
kapan ya kira2 PSSI sembuh dari sakitnya...
yazid
berat sih emg klo hrs menanggung biaya yg hrs dkluarin tp itu lah konsekuensi kl emg mw memiliki klub sepak bola. Dan emg ga seharusnya pengelolaan pake dana APBD karena msh terlalu bnyk PR pemda utk ngurusin rakyatnya. Jd biar biaya ga terlalu bengkak kurangin aja pemain asing yg bergaji tinggi sm cari sponsor yg kira2 memiliki dana yg kuat, klo perlu sponsor asing
dari hasil wawancara ini, pt persib bandung bermartabat sendiri pengen supaya gaji pemain ditekan karena gak sesuai dengan kemampuan finansial klub,
kapan yah gw bakal semangat nonton liga indonesia kayak liga spanyol atau liga champion ??
mending PSSI dbenahi dulu baru punya mimpi jadi tuan rumah piala dunia ..
masa "penyakitan" gt mau jd tuan rumah !? haha*
iya mil, kalo kita melihart permasalahan ini secara makro,,pangkal persoalan ada di PSSI. jangankan piala dunia, piala asia aja di masih ngutang honor ke voluntir, udah gitu lampunya pernah mati kan. sistem ticketingnya aja kacau...,,ada juga nih, ketua umumnya, nurdin halid, masih aja pengen berkuasa, maunya apa sih doi,,hehehe
waah, gw ngga sengerti itu soal sepak bola
tapiii... ini wawancaranya menarik deh
spontanitasnya terasa tapi berbobot.
selamat yaa :)
Post a Comment